Kisah Barakh: Hamba yang Dikabulkan Doanya
Nabi Musa Kalimullah as disuruh meminta kepada Barakh untuk
melakukan shalat istisqa’ (shalat minta hujan) untuk kaum Bani Israil, sesudah
mereka tertimpa kemarau selama 7 tahun.
Nabi Musa as keluar untuk mengerjakan shalat istisqa’ untuk
mereka, dengan berjumlah 70 ribu orang. Maka Allah Azza wa Jalla menurunkan
wahyu kepada Nabi Musa as, “Bagaimana Aku mengabulkan doa mereka, dimana mereka
telah digelapkan oleh dosa-dosanya, hati mereka itu keji. Mereka berdoa kepadaku
dengan tidak yakin dan merasa aman dari siksaan-Ku. Pergilah pada salah seorang
dari hamba-Ku yang bernama Barakh. Maka katakanlah kepadanya supaya ia keluar
untuk melaksanakan shalat istisqa’, sehingga Aku mengabulkan doanya.
Maka Nabi pun bertanya-tanya tentang Barakh, mereka tiada
satu pun yang mengenal.
Hingga pada suatu hari Nabi Musa berjalan-jalan di suatu
jalan, tiba-tiba seorang hamba hitam telah berada di hadapannya. Dan antara dua
mata hamba itu berdebu dari bekas sujud dan di lehernya diikat dengan kain
selimut. Maka Nabi Musa as mengetahuinya dengan nur Allah Azza wa Jalla.
Maka Nabi Musa memberi salam kepadanya dan bertanya,
“Siapakah namamu?”
Hamba hitam itu menjawab, “Barakh!”
Nabi Musa berkata, “Jadi kamu ini, yang kami cari-cari semenjak
beberapa waktu. Bangunlah dan bershalat istisqa’ bersama-sama kami.”
Maka hamba hitam itu bangun. Dan ia mengucapkan di dalam
doanya, “Bukankah semua ini dari perbuatan-Mu? Bukankah semua ini dari
kesantunan-Mu? Kiranya apakah yang tampak bagi-Mu? Adakah kurang untuk-Mu akan
mata air-Mu? Ataukah angin yang melawan kepada perintah-Mu? Atau telah habis
apa yang ada pada-Mu? Ataukah karena kerasnya kemarahan-Mu atas orang-orang
yang berdosa? Bukankah Engkau Maha Pengampun sebelum Engkau menciptakan orang-orang
yang berbuat kesalahan? Telah Engkau ciptakan rahmat dan Engkau telah menyuruh
dengan kasih sayang. Ataukah Engkau perlihatkan kepada kami bahwasanya Engkau
enggan. Ataukah Engkau khawatir akan luput waktu dimana akan Engkau segerakan
siksaan?”
Yang meriwayatkan terus berkata, “Maka senantiasa Barakh
pada tempatnya. Sehingga basahlah kaum Bani Israil dengan tetes-tetes hujan.
Dan Allah Ta’ala menumbuhkan rumput dalam setengah hari, sehingga datanglah
orang-orang penggembala unta.”
Maka kembalilah Barakh, lalu ia dijemput oleh Musa as.
Barakh bertanya, “Bagaimana kamu melihat, ketika saya
mengadu kepada Tuhanku? Bagaimana Dia menginsafkan aku?”
Lalu Nabi Musa minta pengertian daripadanya, maka Allah
Ta’ala menurunkan wahyu kepadanya, “Bahwa Barakh menertawakan Aku setiap hari
tiga kali.”
(Ihya Ulumuddin,
Bab Mahabbah)