Tuesday, August 1, 2017

Kisah Batu Mulia dan Para Manusia Rakus

Pada suatu hari yang cerah saat sedang melintas di area yang jarang dilalui orang banyak seorang pria menyadari sebuah kilatan muncul dari sebuah tempat di dalam tanah, ia segera mendekati dan membongkar tanah yang menutupi kilatan tersebut dan menemukan sebongkah besar batu mulia. Demikian besar batu tersebut hingga ia perlu mengeluarkan upaya cukup besar untuk mengangkatnya dari dalam tanah. Namun, saat sang pria itu hendak mengangkat batu mulia itu dari tanah, tiba terdengar sang batu berkata-kata, "Wahai manusia, sesungguhnya aku bersembunyi di sini untuk mencegah orang tersakiti. Kalau engkau mengangkatku dari dalam tanah maka ketahuilah bahwa bahaya akan mendatangimu dan kedamaian tidak akan pernah bertahan di hatimu selama engkau masih memilikiku. Maka tolong sebelum terlambat, tinggalkanlah aku disini!"

Namun sang pria yang sudah dipenuhi hasrat kekayaan, kemahsyuran dan kekuasaan tidak mau mendengar sepatahpun kata sang batu mulia, sebaliknya ia menjawab ketus, "Kamu batu tidak tahu untung! Justru aku membawamu untuk menaikkan derajatmu daripada tertimbun dalam kegelapan tanah." Dan ya, dalam hatinya sang pria tahu ia pun menginginkan kemahsyuran dan derajat tinggi di mata masyarakat. Ia pun bergegas membawa pulang sang batu mulia.

Dalam hitungan hari kabar besar tentang penemuan batu mulia itu mulai tersebar, orang mulai mengambil antrian panjang untuk melihatnya, tak kurang petinggi kerajaan dan orang-orang tersohor mulai berdatangan ingin menemui sang pria pemilik batu mulia terbesar yang mereka pernah lihat itu. Hingga di hari ketujuh, empat orang perampok bayaran mendatangi rumah sang pemegang batu mulia saat tengah malam, ketika sebagian besar orang terlelap dalam tidur. Malang tak dapat dihindari, dalam upayanya menyelamatkan batu mulia yang demikian ia cintai ia tidak hanya kehilangan tangannya namun juga kepalanya dipenggal tanpa kenal belas kasih oleh sang perampok.

Ketika batu mulia dibawa lari oleh sekelompok perampok itu, ia mulai lagi berkata-kata, "Sudah cukup korban yang jatuh, tolong buang aku sekarang juga karena keberadaanku di tangan kalian hanya akan membawa bahaya bagi diri kalian sendiri!" Lagi-lagi para manusia yang telah dirasuki hawa tamak ini tidak mau mendengar saran batu yang dapat berbicara itu. Di tengah perjalanan, saat mereka beristirahat satu persatu berkesempatan memegang dan memerhatikan keindahan sang batu mulia dari dekat, dan tak ayal lagi gelora kerakusan dalam diri makin menyala, masing-masing membayangkan bagaimana jika dirinya sendiri yang memiliki batu itu dan tidak usah dibagi dengan kawannya yang lain. Maka diam-diam masing-masing menyusun siasat licik dalam diamnya. Menjelang pagi rencana busuk itu mulai dieksekusi yang pada akhirnya mendatangkan kematian bagi mereka semua.

***

Begitulah jika kekayaan yang dikejar hanya sebatas kekayaan material dan dunia, maka orang hanya akan jungkir balik, berkeringat dan bersusah payah untuk suatu perlombaan yang tidak ada garis akhirnya. Manusia bahkan rela menyakiti sesama untuk sekadar meraih ambisinya. Ibarat diberi emas segunung, maka orang akan menginginkan gunung kedua - demikian Sang Nabi sudah mewanti-wanti. Meraup kekayaan dunia itu bagaikan minum air laut, semakin banyak diminum akan semakin bertambah haus, hingga satu-satunya yang dapat memenuhi mulut manusia adalah segumpal tanah kubur.

Bukan berarti tidak boleh memiliki dunia, yang dilarang adalah mencintainya. Genggam dunia dalam tanganmu dan jangan masukkan ia ke dalam hatimu, demikian pesan Sayyidina Ali kw. Rasulullah saw bersabda :

Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi)

Adapun seorang mukmin dilatih untuk melihat harta yang lebih berharga dibanding sesuatu yang bersifat fisik, harta-harta itu berupa akhlak yang baik berupa kesabaran, kesyukuran, mulai tidak mengeluh, diberi kecergasan badan untuk beribadah, memaafkan, semuanya merupakan rezeki yang tak ternilai yang Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya yang bersyukur. 

(Adaptasi dari "The Gem and The Greedy Man", 101 stories for children of all ages. M.R. Bawa Muhaiyyaddeen. Fellowship Press, Philadelphia, 2006)

No comments:

Post a Comment