Saturday, March 17, 2012

Kisah Pertaubatan Nabi Adam as


Dari Mujahid, bahwasanya ketika Adam as memakan (buah) suatu pohon (yang ada di surga), seketika itu terlepaslah semua perhiasan surga (yang dipakainya) dan sedikit pun dia tidak mengenakan apapun, kecuali hanya mahkota saja.

Dia tidak mampu menutupi dirinya dengan dedaunan yang ada di surga. Setiap kali berusaha untuk menutupinya, maka terlepas dedaunan itu dari badannya. Sambil menangis, Adam lalu menengok kepada Hawa seraya berkata, “Persiapkanlah dirimu untuk keluar dari sisi Allah.” Inilah awal munculnya tragedi maksiat.

Hawa lalu menjawab, “Wahai Adam, selamanya aku tidak pernah menyangka ada orang yang berani bersumpah palsu kepada Allah.”

Itulah iblis yang telah bersumpah kepada Adam dan Hawa atas suatu pohon. Ketika di surga, Adam as selalu berlari kesana-kemari karena merasa malu kepada Allah Tuhan semesta alam, tiba-tiba pepohonan bergantung pada sebagian cabang-cabangnya, sehingga Adam mengira bahwa azab Allah dipercepat. Adam lalu menundukkan kepalanya seraya berkata, “Ampun-ampun!” Allah SWT lalu berfirman, “Wahai Adam, adakah kamu akan melarikan diri dari-Ku?”Adam pun menjawab, “Tidak, tetapi aku malu kepada Engkau wahai Tuhanku!”

Allah kemudian memberikan wahyu kepada dua malaikat, “Keluarkanlah Adam dan Hawa dari sisi-Ku, karena mereka berdua telah mendurhakai-Ku!”

Jibril pun melepaskan mahkota yang bertahta di kepala Adam dan Mikail melepas mahkota yang menempel di keningnya.

Setelah Adam as diturunkan dari suatu tempat suci ke tempat penuh kelaparan, dia pun menangisi kesalahannya selama seratus tahun. Dia selalu menelungkupkan kepalanya di atas kedua lututnya, sehingga tetesan air matanya yang membasahi bumi menumbuhkan rerumputan dan pepohonan, menggenangi pula ceruk-ceruk bebatuan.

Dari Wahb bin Munabbih, bahwasanya Adam as berada dalam murka (Allah) selama tujuh hari, kemudian pada hari ketujuh Allah menampakkan diri, sedang Adam as menunduk memendam kesedihan yang sangat mendalam. Allah kemudian memberi wahyu kepadanya, “Wahai Adam, kesedihan apakah yang Aku lihat menimpamu hari ini? Bencana apakah yang menimpamu sehingga hal itu membuatmu terhanyut?”

Adam as menjawab, “Sungguh besar musibahku wahai Tuhanku, aku telah diliputi oleh kesalahanku sendiri dan aku telah keluar dari kerajaan Tuhanku, sehingga aku berada di wilayah kehinaan yang sebelumnya aku berada di wilayah kemuliaan. Aku berada dalam wilayah celaka yang sebelumnya aku berada dalam kebahagiaan, aku berada dalam wilayah yang sulit dimana sebelumya aku berada dalam kemewahan dan kemakmuran.

Aku berada di wilayah penuh bencana yang sebelumnya aku berada di wilayah yang penuh keselamatan; aku sekarang berada di wilayah yang bakal sirna dan musnah setelah berada dalam wilayah yang tenang dan tentram. Aku sekarang berada dalam wilayah yang hancur setelah berada dalam wilayah yang kekal abadi, dan aku sekarang berada dalam wilayah yang penuh tipuan setelah berada dalam wilayah yang aman.

Tuhanku, bagaimana mungkin aku tidak menangisi kesalahanku?
Bagaimana mungkin aku tidak meratapi diriku sendiri?
Atau bagaimana mungkin aku dapat menggantikan bencana dan musibah ini, wahai Tuhanku?”

Allah SWT berfirman kepada Adam, “Bukankah Aku telah memilihmu untuk diri-Ku, Aku telah menghalalkan rumah-Ku untuk dirimu, Aku telah memilihmu atas semua makhluk-Ku, Aku telah mengkhususkan keramat-Ku terhadap dirimu, Aku telah mencurahkan kecintaan-Ku kepada dirimu dan Aku telah memberi peringatan kepadamu akan kemurkaan-Ku?

Bukankah Aku telah menciptakanmu sendiri, Aku telah meniupkan nyawa ke dalam tubuhmu, Aku telah memerintahkan para malaikat agar bersujud kepadamu?

Bukankah Aku telah menjadikanmu sebagai pendamping-Ku di surga-Ku. Kamu telah menggunakan keramat-Ku sekehendakmu sendiri, sehingga kamu telah mendurhakai perintah-Ku, kamu telah melupakan janji-Ku dan kamu telah menyia-nyiakan wasiat-Ku?

Lalu bagaimana sekarang kamu akan memungkiri siksaan-Ku? Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, seandainya di muka bumi ini penuh dengan orang-orang yang seperti kamu, (mereka) selalu bertasbih malam dan siang hari tiada henti-hentinya (QS Al Anbiya: 20) Kemudian mereka mendurhakai Aku, maka Aku akan memberikan tempat kepada mereka sebagaimana tempat orang-orang yang durhaka!

Sesungguhnya Aku mengasihani kelemahanmu, mengangkatmu dari kejatuhan, menerima taubatmu, mendengarkan permohonanmu yang tulus dan Aku telah mengampuni dosamu. Sekarang ucapkanlah, ‘Laa ilaaha illa anta subhanaka Allahumma wabihamdika dzalamtu nafsii wa’amiltus suu’a fatub ‘alayya innaka anta-tawwabur rahiiim (Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau ya Allah dengan segala puji-Mu, aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku telah melakukan kejahatan, maka terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Pengasih). Adam pun mengikuti membacanya.

Kepada Adam, Allah SWT berfirman kembali, “Ucapkanlah, ‘Laa ilaaha illaa anta subhanaka Allaahumma wabihamdika dzalamtu nafsii wa’amiltus suu’a faghfirlii innaka antal ghafuurur rahiim (Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau wahai Tuhanku, dan dengan segala puji-Mu aku telah menganiaya diriku sendiri, dan aku telah melakukan kejahatan, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih). Adam pun mengucapkannya.

Allah berfirman pula kepada Adam, “Ucapkanlah, ‘Laa ilaaha illaa anta subhaanaka Allaahumma wabihamdika dzalamtu nafsii wa’amiltus suu’a farhamnii innaka arhamur raahimiin (Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau dan dengan segala puji-Mu aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku telah melakukan kejahatan, maka kasihanilah aku, karena sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Pengasih di antara yang pengasih.’”

Wahb bin Munabbih lalu berkata, “Begitu besar musibah yang menimpa Adam as, hingga membuatnya selalu menangis dan memendam kesedihan yang mendalam, bahkan malaikat pun merasa iba, turut bersedih dan menangis bersamanya. Di surga, Adam telah menangis selama dua ratus tahun, kemudian Allah mengutus kepada Adam sebuah tenda dari sekian banyak tenda yang ada di surga. Allah meletakkannya di tempat berdirinya Ka’bah, sebelum Ka’bah itu sendiri diciptakan.

(Ibnu Qudamah Al Maqdisy. Mereka yang kembali, ragam kisah taubatan nashuha. Penerbit Risalah Gusti. Surabaya. 1999)

No comments:

Post a Comment