Friday, April 13, 2012

Kisah Pertaubatan Pemuda yang Alpa Akan Jatidirinya

Diriwayatkan dari Wahb bin Munabbih:
Dahulu semasa Nabi Musa as, ada seorang pemuda yang suka melampaui batas dan lupa akan jatidirinya. Karena perilaku yang jelek itulah, akhirnya dia diusir oleh penduduk dari tengah-tengah kaum Bani Israil sendiri, hingga mengantarkannya pada reruntuhan sebuah bangunan yang terletak di pintu gerbang suatu daerah. Di tempat inilah dia menghadapi sakaratul maut.

Allah SWT lalu memberikan wahyu kepada Nabi Musa as dengan firman-Nya, “Bahwa salah seorang wali(kekasih)-Ku telah meninggal dunia. Datanglah ke sana, mandikan dan shalatkanlah ia! Katakan kepada orang yang mempunyai banyak dosa agar ia mau menghadiri jenazahnya dan dia akan Aku ampuni segala semua dosanya serta bawalah dia menghadap-Ku agar Aku menempatkannya di tempat yang sesuai!”

Hal ini pun diumumkan oleh Nabi Musa as kepada seluruh kaum Bani Israil, dan demikianlah berbondong-bondong orang datang melawatnya. Ketika mereka telah tiba di tempat tujuan dan mengenal orang yang meninggal dunia itu, maka berkatalah mereka, “Wahai Nabi Allah, dialah orang fasik yang kita usir dahulu!”

Mendengar ucapan kaumnya ini beliau pun terkejut, dan Allah kemudian memberikan wahyu kepada beliau, “Benar kata mereka itu dan merekalah yang menjadi saksinya, hanya saja saat menjelang akhir hayatnya di reruntuhan ini, dia mencoba melihat kanan-kiri, tetapi dia tidak menemukan seorang kerabat pun. Dia hanya melihat bahwa dirinya sebagai sosok yang asing, sendirian dan hina. Dia lalu menengadah dan memohon kepada-Ku, ‘Wahai Tuhanku, seorang hamba dari sekian banyak hamba-Mu ini merasa asing di negeri-Mu. Seandainya aku tahu, bahwa siksaku akan semakin bertambah di wilayah kerajaan-Mu ini dan ampunan-Mu kepadaku semakin berkurang pula, aku tidak akan meminta akhirat kepada-Mu. Padahal aku tidak mempunyai tempat berlindung dan harapan sedikit pun, kecuali hanya kepada Engkau, dan aku telah mendengar ayat yang telah Engkau turunkan, bahwa Engkau telah berfirman ‘Sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun dan Maha Pengasih’ Karenanya, janganlah Engkau sia-siakan harapanku ini!”

“Wahai Musa, apakah bila dia telah berbuat baik kepada-Ku kemudian Aku menolaknya, bukankah dia adalah orang yang asing dalam keadaan yang demikian ini? Dia telah memohon kepada-Ku lantaran Aku sendiri, dan juga telah merendahkan diri di hadapan-Ku. Demi keagungan –Ku, seandainya dia memohonkan ampunan kepada semua orang yang berdoa dari semua penduduk bumi, niscaya karena dia Aku akan memberikan ampunan kepada mereka akibat hinanya pengasingannya. Wahai Musa, Aku adalah Pelindung, Kekasih, Perawat, dan Pengasih orang yang asing!”

(Ibnu Qudamah Al Maqdisy. Mereka yang kembali, ragam kisah taubatan nashuha. Penerbit Risalah Gusti. Surabaya. 1999)

No comments:

Post a Comment