Thursday, April 5, 2012

Kisah Pertaubatan Raja Thalut

Diriwayatkan dari Wahb bin Munabbih, bahwasanya ketika Nabi Daud as dapat membunuh Jalut, dan Thalut kembali pulang bersama dengan kaum Bani Israil dengan membawa kemenangan, Thalut pun kemudian menikahkan putrinya dengan Nabi Daud, dan juga menyerahkan separuh kerajaannya kepada beliau.

Syahdan berkumpullah kaum Bani Israil dan berkata, “Kita turunkan saja Thalut dari kursi kerajaan dan kita angkat Daud sebagai penggantinya, karena Daud adalah keturunan dari Yahudza dan dialah yang lebih berhak menjadi raja.”

Ketika Thalut menyadari hal itu dan mengkhawatirkan hilangnya kekuasaannya, ia pun berniat melakukan tipu muslihat dan membunuh Daud. Sebagian menterinya menyampaikan pendapatnya, “Tuan tidak mungkin dapat membunuh Daud, kecuali jika Tuan dibantu oleh putri Tuan sendiri.”

Mendengar saran dari sebagian menterinya ini, Thalut kemudian datang kepada putrinya seraya berkata, “Anakku, aku mempunyai suatu maksud dan aku berharap kamu bersedia membantu!”
Sang putri bertanya, “Keperluan apakah itu?”

Thalut menjawab, “Aku berencana membunuh Daud, karena dia telah memecah-belah rakyat.”
Sang putri bertanya kembali, “Ayah, Daud adalah orang yang kuat dan keras. Aku sangat mengkhawatirkan keselamatan ayah jika ternyata ayah tidak berhasil membunuhnya, bahkan mungkin dialah yang akan mengalahkan dan membunuh ayah. Jika terjadi demikian, berarti ayah akan menghadap Allah sebagai orang yang bunuh diri dan sekaligus menghalalkan darah Daud. Sungguh mengherankan maksud demikian muncul dari ayah yang saya kenal lapang dada dan arif bijaksana.
Bagaimana mungkin saya menyetuji gagasan picik dan tipu muslihat yang lemah, yang hendak ayah jalankan itu terhadap Daud. Sedangkan ayah sendiri tahu, bahwa sesungguhnya Daud adalah salah seorang penduduk bumi yang paling teguh jiwanya dan paling berani mati?”

Thalut kemudian menjawab, “Aku tidak akan mendengarkan perkataan seorang wanita yang tergila-gila kepada suaminya dan cintanya kepada suaminya telah menghalanginya untuk menerima dan setia kepada ayahnya sendiri. Ketahuilah bahwa aku tidak mengajakmu untuk membantu rencana yang sudah aku sampaikan kecuali aku sudah bertekad memutuskan hubungan dengannya sebagai menantu. Tinggal pilih: aku membunuhmu atau kau akan membunuhnya.”

Sang putri berkata, “Berilah kesempatan kepada saya sampai saya mendapat kesempatan, dan saya akan segera menghubungi ayah!”

Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Sang putri kemudian berlalu dari hadapan ayahnya seraya mengambil sebuah kantung air yang dipenuhi arak, dan diberinya wewangian minyak misik, anbar dan wewangian lainnya.

Kantung berisi arak tersebut diletakkannya agak miring di tempat tidur Daud dan kemudian ditutupi dengan selimutnya (agar Thalut menyangka bahwa yang tidur itu adalah Daud). Setelah segala sesuatunya beres, sang putri lalu memberitahu kepada suaminya Daud, tentang tipu muslihat yang dirancangnya itu dan meminta Daud agar masuk ke kamar lainnya.

Kemudian sang putri pun menghubungi ayahnya seraya berkata, “Silahkan ayah pergi menemui Daud bila hendak membunuhnya sekarang!”

Thalut pun berangkat menuju ke rumah Nabi Daud as dengan membawa pedang. Sesampainya di rumah beliau, putrinya berkata, “Daud ada di sana, sekarang tinggallah urusan ayah dengannya.”

Thalut meletakkan pedang tepat di (arah yang dikiranya) ulu hati menantinya dan kemudian menekannya hingga menembusnya. Seketika itu tumpahlah arak (dari kanrung air yang disamarkan tubuh Daud) dan dari arak itu Thalut dapat mencium aroma minyak misik dan wewangian yang lain. Thalut pun berkata, “Alangkah wangi aromamu dalam keadaan mati, Daud. Semasa hidup engkau lebih wangi lagi. Engkau suci dan bersih.”

Thalut pun menyesali perbuatannya dan dia menangis seraya mengayunkan pedang ke tubuhnya untuk menebus kesalahannya (hendak bunuh diri). Melihat kejadian itu putrinya segera memeluknya seraya berkata, “Wahai ayah, apa yang hendak ayah lakukan? Bukankah ayah telah berhasil mengalahkan dan membunuh musuh ayah? Ayah telah diberi kebebasan oleh Allah dan sekarang kerajaan ayah seutuhnya berada dalam genggaman ayah!”

Thalut berkata, “Wahai putriku, kamu telah tahu bahwa dengki dan iri telah mendorongku untuk membunuh Daud, dan kini aku menjadi penduduk neraka! Sesungguhnya Bani Israil tidak akan rela dengan hal itu. Karenanya biarlah sekarang kuhabisi diriku sendiri.”

Sang putri kemudian berkata,”Wahai ayahandaku, apakah ayah merasa bahagia andaikata ayah tidak benar-benar membunuhnya?”
Thalut menjawab, “Tentu.”

Mendengar jawaban sang ayah, seketika putrinya pun mengeluarkan Daud dari dalam kamar dan berkata, “Wahai ayah, sesungguhnya ayah tidaklah membunuh Daud. Lihatlah, bukanlah dia Daud?”
Thalut kemudian menyesali perbuatannya.

Dan diriwayatkan dari Makhul; para ahli kitab beranggapan bahwa Thalut telah memohon ampun kepada Allah, dan mengharapkan agar dapat terlepas dari dosanya. Dia mendatangi wanita tua dari kalangan Bani Israil yang menguasai suatu ‘asma bertuah’ yang apabila digunakan untuk berdoa kepada Allah, doanya akan dikabulkan. Thalut berkata kepada orang tua itu, “Aku telah melakukan suatu kesalahan, yang tidak ada seorang pun dapat memberitahu bagaimana menebusnya, kecuali Ilyasa’. Sudikah kiranya Anda menemaniku ke makamnya dan memohonkan kepada Allah SWT agar Dia berkenan membangkitkan dari kuburnya, sehingga aku dapat bertanya kepadanya, bagaimana aku menebus kesalahanku ini?”

Orang tua itu menjawab, “Baiklah, aku bersedia.”
Keduanya berangkat bersama menuju ke makam Ilyasa’
Orang tua itu lalu menjalankan shalat dua raka’at dan berdoa kepada Allah agar memperkenankan Ilyasa’ menemui mereka berdua.
Akhirnya dikabulkan-Nya doanya dan keluarlah Ilyasa’ dari dalam kubur. Ilyasa’ kemudian berkata, “Wahai Thalut, apa kesalahanmu sehingga engkau keluarkan aku dari tempat pembaringanu sekarang ini?”

Thalut menjawab, “Wahai Nabi Allah, sungguh rumit permasalahanku ini, sehingga untuk memecahkannya aku harus meminta bantuanmu.”

Ilyasa’ berkata, “Tebusan atas kesalahanmu itu adalah, kamu harus melawan dirimu sendiri beserta semua keluargamu hingga tiada tersisa seorang pun.”

Setelah berkata demikian, Ilyasa’ kembali ke tempat pembaringannya semula, dan Thalut pun mengerjakan apa yang telah disarankan oleh Ilyasa’, sehingga dia dan seluruh keluarganya berjuang sampai terbunuh semua.

(Ibnu Qudamah Al Maqdisy. Mereka yang kembali, ragam kisah taubatan nashuha. Penerbit Risalah Gusti. Surabaya. 1999)

1 comment:

  1. Blog yg bagus untuk pembelajaran masyarakat Indonesia termasuk saya. Terimakasih pak. Boleh saya share?

    ReplyDelete