Thursday, April 5, 2012

Kisah Pertaubatan Nabi Daud as

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw pernah bersabda, “Dahulu Nabi Daud as telah membagi masa ini menjadi empat bagian: Satu hari diperuntukkannya mengkaji ilmu bersama kaum Bani Israil, satu hari dipergunakannya di mihrab, satu hari dipergunakan untuk melaksanakan pengadilan dan sehari lagi untuk para istri beliau.”

Ketika beliau sedang mengkaji ilmu bersama kaum Bani Israil, tiba-tiba sebagian dari mereka berkata, “Tidak sehari pun yang dilalui anak cucu Adam, kecuali dia melakukan suatu perbuatan dosa.”

Daud as berkata dalam hati, “Hari dimana aku menyendiri di mihrab, pasti aku terhindar dari dosa.” Allah pun menyampaikan wahyu kepada beliau, “Hai Daud, waspadalah sampai kau lihat cobaanmu!”

Dan diceritakan dari Al Hasan, “Ketika Daud as berada di mihrabnya sedang membuka-buka kitab Zabur untuk dibaca, tiba-tiba masuklah seekor burung dari sebuah celah rumah dan hinggap di hadapan beliau. Tubuh burung itu terbuat dari emas dan sepasang sayapnya dari sutera halus dan bermahkotakan mutiara. Paruhnya terbuat dari permata zamrud dan sepasang kakinya pun terbuat dari permata pirus.

Karena burung yang sangat indah itu hinggap di hadapan Nabi Daud as , beliau pun memperhatikannya dan berkeyakinan bahwa burung tersebut jenis burung surga, bahkan beliau terpesona akan keindahannya. Pada masa itu Nabi Daud as mempunyai seorang putera kecil, maka beliau berkata, “Sebaiknya burung ini aku tangkap saja, lalu kuperlihatkan kepada puteraku.”

Nabi Daud as berusaha menangkapnya, akan tetapi burung tersebut terbang menjauh, dan beliau pun tetap berkeinginan untuk mendapatkannya. Setiap kali tangan beliau hendak meraihnya, seketika itu pula burung tersebut menghindar. Begitulah seterusnya, setiap kali beliau mendekat, burung itu menjauh kembali hingga Nabi Daud as berdiri dari tempatnya dan menutup Kitab Zabur beliau.

Nabi Daud as mencarinya terus hingga sampailah di sebuah celah. Dan masuklah Daud as ke dalam lubang tersebut, tiba-tiba pandangan beliau menangkap sosok wanita yang sedang mandi. Beliau terpaku menyaksikan keindahan ciptaan Allah tersebut. Sementara sang wanita itu pun akhirnya mengetahui bahwa sepasang mata mengawasi dirinya, seketika itu diurainya keindahan rambut panjangnya untuk menutupi sekujur tubuhnya.

Kembali pada hadis Hasan. Hasan menambahkan; setelah wanita cantik itu menguraikan rambutnya. Daud as semakin bertambah kagum (akan kecantikannya). Kemudian beliau kembali ke tempat semula (mihrab) dengan hati yang dipenuhi gejolak cinta membara kepada sang wanita itu.

Akhirnya Daud as mengutus seseorang untuk mencari informasi tentang identitas wanita cantik tersebut. Utusan itu kembali kepada Nabi Daud as dengan membawa informasi yang didapatkannya. “Dia bernama Tasyayu, putri Hanana. Suaminya bernama Uriya bin Shura, kini berada di Balqa’ bersama kemenakan (putra saudara wanita) Nabi Daud, sedang mengepung sebuah benteng musuh.

Nabi Daud as akhirnya mengirim surat kepada kemenakannya yang berisikan:
“Jika suratku ini sudah sampai kepadamu, maka perintahkanlah kepada Uriya bin Shura agar dia membawa tabut dan bergabung dalam barisan (tentara) terdepan kita!”
Biasanya anggota pasukan yang berada pada barisan terdepan, tidak kembali sebelum terbunuh atau mendapatkan kemenangan dari Allah SWT.

Pemimpin tentara itu memanggil Uriya dan kemudian membacakan surat Nabi Daud as. Uriya pun menjawab, “Aku siap melakukan semuanya!”
Uriya lantas membawa tabut dan berjalan bersama-sama pasukan di barisan terdepan, dan akhirnya terbunuh. Setelah Uriya gugur, putra saudara wanita (kemenakan) Daud as berkirim surat kepada beliau untuk mengabarkan berita tentang gugurnya Uriya.

Ketika masa iddah istri Uriya telah habis, Daud as mengutus seseorang meminang Tasyayu’. Selanjutnya menikahlah mereka.
Setelah Nabi Daud as menyunting Tasyayu binti Hanana, ketika sedang berkhalwat di mihrab, tiba-tiba menangkap suara keras yang diikuti munculnya dua laki-laki asing. Keduanya lantas menyerbu Nabi Daud as, hingga beliau pun terkejut karenanya. Kedua laki-laki itu berkata, “Jangan terkejut! Kami adalah dua orang laki-laki yang sedang terlibat dalam suatu perkara, dimana salah satu dari kami telah berbuat zalim atas yang lain. Karena itu, berilah kami keputusan yang adil dan janganlah Anda menyimpang dari kebenaran dan tunjukan kami ke jalan yang lurus!”

Nabi Daud as berkata, “Coba ceritakan kepadaku akan keberadaan kalian berdua!”
Salah seorang dari keduanya berkata, “Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai 99 ekor kambing betina, sedangkan aku hanya memiliki seekor. Saudaraku ini lalu berkata kepadaku, ‘Serahkanlah kambing itu kepadaku!’ Dia pun selalu mengalahkanku dalam setiap perdebatan, yakni dengan memaksa dan berbuat aniaya terhadapku. Dia pun secara paksa meminta dan mengambil kambingku untuk digabungkan dengan kambing-kambingnya. Dalam berbicara pun dia lebih unggul dibanding aku, jika dipanggil, dialah yang lebih dahulu datang dan jika keluar, dia lebih banyak pengikutnya.”

Nabi Daud as lalu berkata, “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS Shaad: 24)

Perawi hadis ini selanjutnya mengatakan, “Kemudian tertawalah orang yang dituduh melakukan semua itu.”

Nabi Daud as pun berkata, “Engkau telah berbuat zalim, mengapa justru tertawa, rupanya kau perlu kapak untuk menghancurkan ini dan inimu?” – yakni kening dan mulutnya.

Malaikat (yang berubah wujud menjadi seorang laki-laki) itu lalu berkata, “Saya kira Andalah yang perlu diperlakukan begitu!” Akhirnya kedua malaikat itu menghilang.

Dalam riwayat lain perawi berkata, “Kedua malaikat itu lalu mengubah bentuknya (pada bentuknya yang asli) dan kemudian naik (ke langit) seraya berkata, “Lelaki ini telah menghakimi dirinya sendiri.”

Nabi Daud as pun mengerti bahwa yang dimaksud adalah diri beliau sendiri. Beliau pun merebahkan diri, bersujud selama 40 hari. Selama bersujud beliau tidak pernah mengangkat kepala, kecuali hanya untuk melakukan suatu kebutuhan yang semestinya dilakukan. Seusai menunaikan kebutuhannya, beliau pun sujud kembali.

Dalam keseharian beliau tidak makan dan minum, beliau terus-menerus menangis sehingga di sekitar kepala tumbuh rerumputan. Nabi Daud as selalu memanggil nama Tuhannya, Allah SWT seraya mengucapkan taubat.

Dalam sujudnya selalu membaca, “Maha Suci Sang Pencipta cahaya yang menghalangi semua hati. Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Tuhanku, Engkau telah mengosongkan antara aku dan musuhku iblis sehingga aku tidak mampu untuk memfitnahnya ketika Engkau turun bersamaku.
Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Tuhanku, selamanya aku tidak pernah mengambil hikmah dari apa yang pernah aku nasihatkan kepada orang lain. Tuhanku, Engkau telah memerintahkan kepadaku agar aku terhadap anak yatim bagaikan sang ayah yang penuh kasih sayang dan terhadap sang janda bagaikan suami yang penuh kasih sayang pula, tapi aku lalu melupakan akan janji Engkau.
Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Tuhanku, dengan mata yang mana aku harus melihat Engkau pada hari kiamat nanti? Karena sesungguhnya orang-orang yang zalim telah memandang dari sisi yang samar-samar.
Maha Suci Sang Pencipta, Tuhanku! Kecelakaanlah bagi Daud akibat dosa besar yang telah menimpanya.
Maha Suci Sang Pencipta, Tuhanku. Kerusakanlah bagi Daud ketika tabir telah dibuka darinya.”

Kemudian kepada beliau dikatakan, “Inilah Daud yang salah itu?”

(Nabi Daud as meneruskan doanya) , “Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Tuhanku, hanya kepada Engkau-lah aku lari dengan membawa segala dosaku dan aku mengaku atas segala kesalahanku. Oleh karena itu, janganlah Engkau jadikan aku orang-orang yang berputus asa dan jangan pula Engkau susahkan aku pada hari Kiamat nanti.”

Nabi Daud as mengulang-ngulang doa tersebut dalam munajat beliau.

Selanjutnya dikatakan oleh sang perawi, “Lalu datanglah panggilan kepadanya, ‘Laparkah engkau maka engkau akan diberi makan? Hauskah engkau maka engkau akan diberi minum? Teraniayakah engkau maka engkau akan diberi pertolongan?’ Akan tetapi, Daud as tidak menanggapinya dalam menyebutkan kesalahannya.

Dikatakan pula oleh sang perawi, “Nabi Daud as pun berteriak dengan teriakan yang menggoncangkan apa yang ada di sekeliling beliau. Beliau memanggil-manggil, ‘Wahai Tuhanku! Ampunilah dosa yang telah menimpaku!’ Beliau pun dipanggil, ‘Wahai Daud, angkatlah kepalamu! Sungguh Aku telah mengampuni dosamu’.”

Dari Wahb bin Munabbih, “Sesungguhnya ketika Nabi Daud as datang ke makam Uriya, beliau duduk bersimpuh di sisinya seraya menuangkan debu di atas kepala beliau dan berkata, “Kerusakanlah bagi Daud, kemudian kerusakan yang panjanglah bagi Daud. Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Kerusakanlah bagi Daud, kemudian kerusakanlah bagi Daud ketika timbangan amal telah dipancangkan.
Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Kerusakanlah bagi Daud, kemudian kerusakan yang panjanglah bagi Daud pada hari ketika orang yang dianiaya telah menuntut balas kepada orang yang menganiaya.
Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Kerusakanlah bagi Daud, kemudian kerusakan yang panjanglah bagi Daud ketika dia dicampakkan di atas mukanya ke neraka bersama dengan orang-orang yang bersalah.
Maha Suci Sang Pencipta cahaya! Kerusakanlah bagi Daud, kemudian kerusakan yang panjanglah bagi Daud.”

Berkatalah sang perawi, “Lalu sampailah kepada Nabi Daud as sebuah panggilan dari langit, “Wahai Daud, sungguh Aku telah mengampuni dosamu, Aku telah mengasihi tangismu dan Aku telah memaafkan kesalahanmu.”
Nabi Daud as berkata, “Bagaimana mungkin Engkau memberikan ampunan kepadaku, sedangkan temanku ini tidak mau mengampuniku.”
Allah SWT berfirman, “Wahai Daud, Aku telah memberikan pahala kepadanya di akhirat nanti, dimana (kenikmatan) pahala itu sebelumnya belum pernah dipandang oleh kedua matanya dan belum pernah didengar oleh kedua telinganya.
Lalu Ku-katakan, “Puaskah hamba-Ku?”
Ia berkata, “Dari mana aku mendapatkan ini, padahal amalku belum mencapainya?”
Aku pun berfirman kepadanya, “Ini adalah sebagai pengganti dari hamba-Ku Daud, lalu Aku memintanya memberikannya kepadamu dan dia memberikannya kepadamu karena Aku.”

Nabi Daud as pun berkata, “Wahai Tuhanku, sekarang aku tahu bahwa Engkau telah mengampuniku.”

(Ibnu Qudamah Al Maqdisy. Mereka yang kembali, ragam kisah taubatan nashuha. Penerbit Risalah Gusti. Surabaya. 1999)

1 comment: